Pentingnya Pengelolaan Modal Kerja Pada Suatu Perusahaan
Oleh: Eka Yuliati, SE, M.Si
Haijatim.com, Surabaya – Tim keuangan yang ingin mengetahui apakah perusahaan mereka dapat bertahan dari penurunan atau krisis yang tidak terduga memerlukan dua metric, modal kerja dan arus kas. Kedua metrik ini menggambarkan aspek berbeda dari kesehatan keuangan perusahaan. Modal kerja dihitung dengan mengurangkan kewajiban lancar dengan aset lancar, sebagaimana tercantum dalam neraca perusahaan. Aset lancar meliputi uang tunai, piutang, dan inventaris. Kewajiban lancar meliputi hutang usaha, pajak, upah dan bunga yang terutang.
Sementara arus kas mengukur berapa banyak uang yang dihasilkan atau dikonsumsi perusahaan dalam periode tertentu. Modal kerja adalah selisih antara aset lancar perusahaan termasuk uang tunai dan aset lain yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam satu tahun dan kewajiban lancarnya, seperti penggajian, hutang dagang, dan biaya yang masih harus dibayar.
Bisnis yang mempertahankan modal kerja positif kemungkinan besar akan memiliki kemampuan lebih besar untuk menghadapi tantangan keuangan dan fleksibilitas untuk berinvestasi dalam pertumbuhan setelah memenuhi kewajiban jangka pendek. Modal kerja merupakan metrik keuangan yang dihitung sebagai perbedaan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Modal kerja yang positif berarti perusahaan dapat membayar tagihannya dan berinvestasi untuk memacu pertumbuhan bisnis. Manajemen modal kerja berfokus untuk memastikan perusahaan dapat memenuhi pengeluaran operasional sehari-hari sambil menggunakan sumber daya keuangannya dengan cara yang paling produktif dan efisien. Karena modal kerja merupakan perbedaan antara aset lancar perusahaan dan kewajiban lancar maka sebagai metrik keuangan, modal kerja membantu merencanakan kebutuhan masa depan dan memastikan perusahaan memiliki cukup kas dan setara kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti pajak yang belum dibayar dan utang jangka pendek.
Pengelolaan modal kerja adalah strategi bisnis yang dirancang untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara efisien dengan memantau dan menggunakan aset dan liabilitas lancar untuk penggunaan yang paling efektif. Dengan kalimat yang lain bisa dikatakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan perusahaan mendapat sumber daya yang cukup untuk biaya operasional sehari-hari. Efisiensi pengelolaan modal kerja dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Berbagai jenis rasio bisa digunakan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan modal kerja. Rasio tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas.
Jadi pengelolaan modal kerja mengacu pada serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan perusahaan memperoleh sumber daya yang cukup untuk biaya operasional sehari-hari sambil menjaga sumber daya diinvestasikan dengan cara yang produktif.
Pengelolaan modal kerja diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang sesuai untuk aktivitas sehari-hari dan melindungi keberadaan perusahaan serta memastikan perusahaan dapat terus beroperasi secara berkelanjutan. Ketersediaan uang tunai yang tidak selalu ada pada saat dibutuhkan, kebijakan kredit komersial yang tidak terkendali, atau terbatasnya akses terhadap pembiayaan jangka pendek dapat menyebabkan perlunya restrukturisasi, penjualan aset, dan bahkan likuidasi perusahaan.
Manajemen modal kerja adalah proses bisnis yang membantu perusahaan memanfaatkan aset lancar mereka secara efektif dan mengoptimalkan arus kas. Hal ini berorientasi pada memastikan kewajiban dan pengeluaran finansial jangka pendek dapat dipenuhi, sekaligus berkontribusi terhadap tujuan bisnis jangka panjang. Tujuan pengelolaan modal kerja adalah untuk memaksimalkan efisiensi operasional.
Dengan memperbaiki cara mereka mengelola modal kerja, perusahaan dapat membebaskan uang tunai yang seharusnya ‘terperangkap’ di neraca mereka. Hasilnya, mereka mungkin dapat mengurangi kebutuhan pinjaman eksternal, mendorong pertumbuhan, mendanai merger atau akuisisi, atau berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan.
Modal kerja sangat penting bagi kesehatan setiap bisnis, dengan peningkatan posisi modal kerja, bisa diartikan akan terjadi peningkatan efisiensi operasional bisnis. Pengelolaan modal kerja secara efektif bisa menjadikan tindakan penyeimbang.
Perusahaan perlu memiliki cukup uang tunai untuk menutupi biaya yang direncanakan dan tidak terduga, sekaligus memanfaatkan dana yang tersedia sebaik-baiknya untuk mendorong pertumbuhan. Hal ini dicapai dengan pengelolaan hutang, piutang, inventaris, dan uang tunai yang efektif.
Kebutuhan modal kerja tidak sama pada setiap perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan modal kerja dapat bersifat endogen maupun eksogen. Faktor endogen mencakup ukuran, struktur, dan strategi perusahaan. Faktor eksogen meliputi akses dan ketersediaan layanan perbankan, tingkat suku bunga, jenis industri dan produk atau jasa yang dijual, kondisi makroekonomi, serta ukuran, jumlah, dan strategi pesaing perusahaan. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa rasio yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah modal kerja yang digunakan pada perusahaan sudah dimaksimalkan secara efisien. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang diharapkan bisa membuat modal kerja menjadi semakin produktif. Hal-hal tersebut adalah : (1). Mengelola Likuiditas. Mengelola likuiditas dengan baik memastikan bahwa perusahaan memiliki sumber daya kas yang cukup untuk kebutuhan bisnis biasa dan kebutuhan tak terduga dalam jumlah yang wajar. Hal ini juga penting karena mempengaruhi kelayakan kredit perusahaan yang dapat berkontribusi dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu bisnis. Semakin rendah likuiditas suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut menghadapi kesulitan keuangan, jika kondisi lainnya dianggap sama.
Namun, terlalu banyak uang tunai yang mengendap pada aset-aset yang rendah atau tidak produktif akan mengakibatkan alokasi sumber daya yang buruk. Pengelolaan likuiditas yang tepat diwujudkan pada tingkat kas yang sesuai dan/atau kemampuan organisasi untuk secara cepat dan efisien menghasilkan sumber daya kas agar bisa membiayai kebutuhan bisnisnya.
(2). Mengelola Piutang. Perusahaan harus memberikan pelanggannya fleksibilitas atau tingkat kredit komersial yang tepat sambil memastikan jumlah arus kas yang tepat melalui operasi. Perusahaan akan menentukan persyaratan kredit yang akan ditawarkan berdasarkan kekuatan finansial pelanggan, kebijakan industri, dan kebijakan pesaing sebenarnya.
Persyaratan kredit bisa biasa saja, yang berarti pelanggan umumnya diberikan sejumlah hari tertentu untuk membayar tagihan (umumnya antara 30 dan 90). Kebijakan perusahaan dan kebijaksanaan manajer dapat menentukan apakah persyaratan yang berbeda diperlukan, seperti pembayaran tunai sebelum penyerahan, pembayaran tunai pada saat penyerahan, tagihan ke tagihan, atau penagihan berkala.
(3). Mengelola Persediaan. Mengelola persediaan bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan menjaga tingkat inventasris yang memadai untuk menangani operasi biasa dan fluktuasi permintaan tanpa menginvestasikan terlalu banyak modal pada aset.
Tingkat persediaan yang berlebihan berarti jumlah modal yang terikat padanya terlalu banyak. Hal ini juga meningkatkan risiko persediaan tidak terjual dan potensi keusangan yang mengikis nilai persediaan.
Kekurangan persediaan juga harus dihindari, karena akan menyebabkan hilangnya penjualan bagi perusahaan.
(4). Mengelola Hutang Jangka Pendek.Seperti pengelolaan likuiditas, pengelolaan pendanaan jangka pendek juga harus fokus untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup likuiditas untuk membiayai operasi jangka pendek tanpa mengambil risiko yang berlebihan.
Pengelolaan pembiayaan jangka pendek yang tepat melibatkan pemilihan instrumen pembiayaan yang tepat dan besaran dana yang diakses melalui setiap instrumen. Sumber pembiayaan yang populer mencakup jalur kredit reguler, jalur tanpa komitmen, perjanjian kredit bergulir, pinjaman dengan agunan, piutang yang didiskontokan, dan anjak piutang (merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan dalam hal perolehan sumber daya yang cukup dalam upaya penyelenggaraan biaya operasional sehari-hari).
Perusahaan harus memastikan tersedianya akses yang cukup terhadap likuiditas untuk memenuhi kebutuhan kas puncak. Misalnya, suatu perusahaan dapat membuat perjanjian kredit bergulir jauh di atas kebutuhan biasa untuk menangani kebutuhan tunai yang tidak terduga.
(5). Mengelola Hutang Usaha. Hutang usaha timbul dari kredit dagang yang diberikan oleh pemasok perusahaan, sebagian besar sebagai bagian dari operasi normal. Keseimbangan yang tepat antara pembayaran awal dan utang komersial harus dicapai.
Pembayaran lebih awal mungkin akan mengurangi ketersediaan likuiditas, sehingga dapat digunakan untuk cara yang lebih produktif. Keterlambatan pembayaran dapat mengikis reputasi dan hubungan komersial perusahaan, sementara tingginya tingkat utang komersial dapat mengurangi kelayakan kredit perusahaan.
Modal kerja adalah metrik penting yang harus diperhatikan oleh bisnis, karena mewakili jumlah modal yang mereka miliki untuk melakukan pembayaran, menutupi biaya tak terduga, dan memastikan bisnis berjalan seperti biasa. Dengan kata lain, ini adalah ukuran kesehatan finansial. Namun pengelolaan modal kerja yang efektif tidaklah sederhana, dan terdapat beberapa tujuan dari program pengelolaan modal kerja, yaitu : (1). Pemenuhan kewajiban. Manajemen modal kerja harus selalu memastikan bahwa bisnis memiliki aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sering kali dengan menagih pembayaran dari pelanggan lebih cepat atau dengan memperpanjang jangka waktu pembayaran pemasok.
Biaya tak terduga juga dapat dianggap sebagai kewajiban, sehingga hal ini juga perlu diperhitungkan dalam pendekatan pengelolaan modal kerja. (2).Mengembangkan bisnis. Oleh karena itu, penting juga untuk menggunakan aset jangka pendek Anda secara efektif, baik untuk mendukung ekspansi global atau berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan. Jika aset perusahaan Anda terikat pada persediaan atau hutang, bisnis mungkin tidak akan menghasilkan keuntungan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, pendekatan pengelolaan modal kerja yang terlalu hati-hati adalah tindakan yang kurang optimal.
(3).Mengoptimalkan kinerja permodalan. Tujuan pengelolaan modal kerja lainnya adalah untuk mengoptimalkan efisiensi penggunaan modal – baik dengan meminimalkan biaya modal atau memaksimalkan keuntungan modal. Hal yang pertama dapat dicapai dengan mendapatkan kembali modal yang saat ini terikat untuk mengurangi kebutuhan pinjaman, sedangkan yang kedua adalah dengan memastikan ROI dari modal cadangan melebihi biaya rata-rata pembiayaannya.
(4).Manajemen modal kerja yang efektif. Mempercepat Siklus Konversi Kas (CCC) dapat meningkatkan posisi modal kerja perusahaan, namun hal ini juga dapat menimbulkan konsekuensi lain. Misalnya, terdapat risiko bahwa pengurangan tingkat persediaan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan dalam memenuhi pesanan.
Jika menyangkut DPO (Days Payables Outstanding ; jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar pemasoknya), utang dagang juga merupakan piutang pemasok kita. Jadi jika perusahaan kita mampu membayar pemasok dikemudian hari dengan tepat waktu, hal itu bisa menunjukkan bahwa modal kerja yang tertanam dalam asset bisa bekerja dengan efektif
Oleh karena itu, pengelolaan modal kerja yang efektif berarti mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan posisi modal kerja perusahaan tanpa menimbulkan konsekuensi buruk di bagian lain dalam rantai pasokan. Hal ini mungkin termasuk mengurangi DSO dengan menerapkan proses faktur yang lebih efisien, sehingga diharapkan pelanggan bisa menerima faktur lebih cepat. Atau bisa juga berarti menerapkan program pembayaran lebih awal yang memungkinkan pemasok bisa menerima pembayaran lebih cepat dari biasanya.
Perusahaan dapat menggunakan berbagai solusi untuk mendukung pengelolaan modal kerja yang efektif, antara lain dengan : (1). Pengajuan faktur elektronik, pengajuan faktur ini bisa untuk perusahaannya sendiri maupun untuk pemasoknya. Pengajuan faktur elektronik dapat membantu perusahaan mencapai manfaat modal kerja. Dengan menyederhanakan proses faktur, dapat mengurangi risiko kesalahan, mengotomatiskan proses manual, dan memastikan pelanggan menerima faktur sedini mungkin – yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya pembayaran lebih cepat. Metode penyerahan faktur elektronik dapat memungkinkan perusahaan mengubah pesanan pembelian menjadi faktur secara otomatis atau mengirimkan faktur dalam jumlah besar menggunakan integrasi sistem ke sistem. (2).Menerapkan manajemen persediaan. Penerapan solusi manajemen persediaan yang cerdas dapat membantu meningkatkan posisi neraca, atau posisi modal kerja dengan mengurangi waktu tunggu yang lama, memastikan akses ke stok pengaman dan menjadikan proses inventaris secara umum lebih transparan.
(3).Peramalan arus kas. Dengan memperkirakan arus kas masa depan – seperti utang dan piutang – perusahaan dapat merencanakan kesenjangan kas yang akan datang dan memanfaatkan surplus kas dengan lebih baik. Semakin akurat kita memprediksi kerja kita.(4).Pembiayaan rantai pasokan. Bagi pembeli, pembiayaan rantai pasokan – juga dikenal sebagai anjak piutang terbalik – adalah cara menawarkan pembayaran awal kepada pemasok melalui satu atau lebih penyandang dana pihak ketiga. Pemasok dapat meningkatkan DSO mereka dengan menerima pembayaran lebih cepat dengan biaya pendanaan yang rendah – sementara pembeli dapat mempertahankan modal kerja mereka dengan membayar sesuai dengan ketentuan pembayaran yang disepakati.(5). Diskon dinamis. Diskon dinamis adalah solusi lain yang dapat digunakan pembeli untuk memberikan pembayaran awal kepada pemasok – namun kali ini tidak ada penyandang dana eksternal, karena program ini didanai oleh pembeli melalui diskon pembayaran awal. Seperti halnya pembiayaan rantai pasokan, hal ini memungkinkan pemasok mengurangi DSO mereka. Terlebih lagi, hal ini memungkinkan pembeli memperoleh keuntungan yang menarik dan bebas risiko atas kelebihan uang tunai mereka.(6). Pendanaan yang fleksibel.
Yang terakhir, penyedia modal kerja yang menawarkan pendanaan fleksibel memungkinkan pembeli untuk beralih dengan lancar antara pembiayaan rantai pasokan dan model diskon dinamis, yang berarti perusahaan dapat beradaptasi dengan berbagai kebutuhan modal kerja mereka sambil terus mendukung pemasok mereka.
Daftar Pustaka:
Bambang, 2001. Dasar- dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Cetakan ketujuh, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi-Yogyakarta
Copelan, T.E dan Weston, J. Fred. 1999. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta; Erlangga
Handoko, Hani. 1999, Manajemen Keuangan, Yogyakarta : BPFE Harahap, Sofyan Syafri, 2008, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munawir,2004.Analisis Laporan Keuangan, Penerbit liberty, Yogyakarta.Riyanto,
Weston, J. Fred dan E.F., Brigham., 2001, Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga.
Weston, J. F. dan T.E. Copeland., 1993, Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga.
Affef M. 2011. Analyzing the Impact of Working Capital Management on the Profitability of SME‘s in Pakistan‖, International Journal of Business and Social Science , Vol.2, No.22,173-183.
Akoto RK., Vitor, DA, Angmor PL. 2013. ―Working Capital Management and Profitability: Evidence from Ghanaian Listed Manufacturing firms‖, Journal of Economics and International Finance, Vol.5 (9). 373-379.
Azzam M, Haider SI..2011.. Impact of Working Capital Approaches and Firm‘s Retuns.Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences, Vol. 1, No.1, 25-36.
Dendawijaya L. 2009, Manajemen Perbankan, Bogor : Ghalia Indonesia.
Gitman, LJ, Zutl. 2015. Principle of Managerial Finance. 14th Edition. Boston Pearson Education Inc.
Margaretha F. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Margaretha F 2011. Manajemen Keuangan untuk Manajer Non Keuangan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Naser K, Nuseibeh R, Al-Hadeya A. 2013. Factors Influencing Corporate : Evidence from an Emerging Economy. Journal of Contemporary Issues in Business Research, Vol. 2, No. 1, pp.11 – 30.
Nisfiannoor. M. 2013. Pendekatan Statistika Modern, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Nobane H, M. Al-Hajjar. 2009. Working Capital Management, Operating Cash Flow and Corporate Performance, Vol.12, No.2-11. Electronic copy available at: http://ssrn.com
BACA JUGA