Jangan Sepelekan Manfaat Tidur Nyenyak, Ampuh Cegah Alzheimer

Terungkap Semakin Manula Kualitas Tidur Makin Berkurang

Haijatim.com, Jakarta – Yang kini berusia manula atau 60 tahun ke atas supaya lebih memperhatikan durasi waktu tidur. Pasalnya dengan kualitas tidur yang nyenyak, ampuh memitigasi dan mencegah Alzheimer. Dimana juga terungkap semakin orang bertambah usia, kualitas tidurnya semakin berkurang.

Di tengah berbagai penelitian yang masih berlanjut, kecukupan tidur yang nyenyak, khususnya pada tahapan tidur gelombang lambat (deep sleep), bermanfaat untuk mengurangi risiko demensia. Tercatat sebanyak 61% masyarakat Indonesia ingin hidup lebih sehat secara fisik di tahun 2024, demikian fakta yang diungkap oleh hasil survei terkini YouGov tentang resolusi tahun baru.

Selain tidak merokok, diet gizi seimbang dan olahraga teratur, meraih target hidup lebih sehat juga perlu disertai dengan tidur yang cukup dan nyenyak. Sebab kualitas tidur mempengaruhi banyak aspek dalam kesehatan fisik dan mental pada manusia. Terutama tahapan tidur nyenyak, atau dikenal sebagai tahapan tidur gelombang lambat, yang bisa mengoptimalkan kesehatan fisik dan otak, serta membantu melindungi individu dari demensia. Tahapan ini berfungsi membantu proses pembuangan protein beracun yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Oleh sebab itu, penting bagi orang dewasa untuk memprioritaskan tidur nyenyak dengan durasi waktu yang cukup, yakni 7-8 jam setiap harinya.

Baca juga: Fakta Atau Mitos 5 Kebiasaan Makan Sehat

Melengkapi temuan ilmiah di atas, sebuah penelitian di Monash University mengungkap bahwa rata-rata individu berusia 60 tahun ke atas mengalami penurunan waktu tidur nyenyak sebesar 0,6% seiring bertambahnya usia setiap tahunnya. Individu yang mengalami penurunan waktu tidur nyenyak memiliki risiko demensia yang lebih besar di masa depan, dimana setiap persentase penurunannya diasosiasikan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 27%. Studi ini mengimbau orang-orang lanjut usia untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas tidur gelombang lambat dalam membantu mencegah demensia.

Pemimpin studi tersebut, Associate Professor Matthew Pase, dari Monash School of Psychological Sciences dan Turner Institute for Brain and Mental Health di Melbourne, Australia, telah meneliti 346 responden lanjut usia yang terdaftar dalam Framingham Heart Study untuk menjalani dua studi tidur semalaman (overnight sleep) antara tahun 1995-1998 dan 2001-2003, dengan rentang waktu sekitar lima tahun. Responden yang sama kemudian secara hati-hati dipantau untuk risiko demensia hingga tahun 2018. Selama 17 tahun masa penelitian, terdapat 52 kasus demensia yang ditemukan. Bahkan setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, kelompok, faktor genetik, status merokok, penggunaan obat tidur, penggunaan antidepresan, dan penggunaan ansiolitik, setiap persentase penurunan tidur nyenyak setiap tahun diasosiasikan dengan peningkatan risiko demensia.

“Tahapan tidur gelombang lambat atau deep sleep, dapat meminimalisir dampak penuaan pada fungsi otak dan memfasilitasi pembersihan sisa metabolisme di otak, termasuk protein berlebih yang memicu penyakit Alzheimer. Meski begitu, hingga saat ini kami masih belum yakin akan peran tidur gelombang lambat terhadap risiko demensia. Adapun temuan studi kami menunjukkan bahwa kurangnya kecukupan tidur gelombang lambat mungkin menjadi faktor risiko pemicu demensia,” jelas Associate Professor Matthew Pase.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *