Banjir Terparah 25 Tahun di Pondok Tjandra Sidoarjo
Tak Ada Normalisasi Sungai Perbatasan Surabaya - Sidoarjo
Haijatim.com, Sidoarjo – Banjir besar yang melanda Perumahan Pondok Tjandra (Pocan) di Waru, Sidoarjo, pada malam Natal, Selasa (24/12), menjadi yang terburuk dalam 25 tahun terakhir. Air setinggi paha orang dewasa merendam jalanan dan sebagian rumah warga selama dua hari penuh, menyebabkan kerugian material yang signifikan.
Anton Eko Yulianto, seorang dosen sekaligus pelaku bisnis yang tinggal di kawasan tersebut, menggambarkan pengalaman memilukan akibat bencana ini. “Biasanya banjir di sini surut dalam hitungan jam, tapi kali ini air tidak hanya bertahan lebih lama, melainkan juga masuk ke dalam rumah. Ini yang pertama kali terjadi selama 25 tahun saya tinggal di sini,” ungkap Anton, Selasa (31/12/2024).
Kerugian yang dialami warga cukup besar. Peralatan elektronik dan furnitur di rumah Anton rusak parah akibat genangan air. Selain itu, aktivitas sehari-hari terganggu karena proses pembersihan rumah memakan waktu beberapa hari. “Wah kerugian saya sangat banyak, tidak hanya materi tetapi juga waktu,” tambahnya.
Anton menyalahkan kelalaian pihak berwenang dalam melakukan normalisasi sungai di perbatasan yang membelah Surabaya dan Sidoarjo, tepat di belakang kompleks Pondok Tjandra. Sedimentasi berat dan enceng gondok yang menutupi aliran sungai menjadi penyebab utama air meluap ke perumahan saat hujan deras bersamaan dengan pasang laut. “Jika normalisasi sungai dilakukan secara rutin, mungkin kami tidak akan mengalami banjir separah ini. Air sungai yang meluap benar-benar tak terkendali,” tegasnya.
Bencana ini juga memaksa Anton dan keluarganya mengevakuasi orang tuanya yang berusia 84 tahun secara dramatis. Mereka harus menggendong sang ayah sejauh beberapa ratus meter melalui genangan air setinggi paha orang dewasa tanpa bantuan dari pihak berwenang yang tidak hadir selama kondisi darurat. “Ini pengalaman yang sangat berat, terutama karena kami tidak mendapatkan bantuan sama sekali. Kami harus bertindak sendiri demi menyelamatkan orang tua saya,” kata Anton.
Anton menekankan bahwa banjir ini menjadi peringatan keras bagi pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan, termasuk normalisasi sungai dan peningkatan sistem tanggap darurat. “Kami berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan,” tutupnya. (boi)
BACA JUGA
Dana normalisasi sungai mungkin dikorupsi. Bupatinya kan ketangkap korupsi, korupsi memang bikin rakyat sengsara & melarat
ketangkep sampe 3 bupati berturut turut